Diary Bunda
  • Home
  • Parenting
  • Health
  • About Me
  • Contact
  • Disclosure
  • Privacy Policy

Parenting

Health

Contact

meredakan demam
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash
 

Demam yang terjadi pada anak sering membuat kita merasa panik berlebihan. Terutama jika anak ada riwayat kejang demam. Ketika suhu mulai naik lebih dari 38 derajat, saya suka parno bahkan sampai susah tidur meskipun anak tidur nyenyak. Bawaannya takut tiba-tiba terjadi kejang demam. Padahal, nggak setiap demam tinggi bakalan berakhir dengan kejang demam. Ada yang merasa senasib?

Kenapa, sih terjadi demam? Demam bukan penyakit, sehingga kita tak perlu buru-buru menghilangkan demam kemudian mengesampingkan penyebab demamnya. Demam merupakan alarm tubuh, menandakan bahwa tubuh kita sedang terjadi infeksi baik yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri.

Jadi, demam bukan musuh kita. Justru demam merupakan salah satu pertahanan tubuh melawan virus dan bakteri. Harusnya kita bersyukur karena tubuh kita diciptakan sangat pintar, sehingga ia bisa melindungi dan memulihkan dirinya sendiri dari serangan virus dan bakteri. Tapi, siapa juga yang senang kalau dirinya sakit? Kalau demam bawaannya lemas dan pusing. Mana bisa kita senang ketika demam? Ada-ada aja, Bu? :D

Maksudnya, kita nggak perlu buru-buru menurunkan demam. Kita nggak boleh fokus sama demamnya, tapi sama penyebab demamnya. Karena, kalau kita hanya fokus pada demamnya dan melupakan penyebabnya, kita bakalan sulit meredakan demam itu sendiri. Demam turun, tapi kalau kumannya masih di situ, ya bakalan demam lagi dong.

Baca juga:

  • Menjaga Kesehatan Anak di Tengah Pandemi

So, kita mesti cari tahu penyebab demamnya apa sebelum memutuskan menghilangkan atau meredakan demamnya.

Beberapa Penyebab Demam Tinggi pada Anak

sebab demam
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Demam terjadi sebagai salah satu cara pertahanan tubuh. Demam bisa mengarahkan sel darah putih untuk melawan virus atau bakteri penyebab infeksi. Ada beberapa

1. Terjadi Infeksi Baik Disebabkan oleh Virus Atau Bakteri

Salah satu penyebab demam pada anak adalah adanya infeksi yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Biasanya, anak-anak lebih sering terkena infeksi virus yang tidak butuh penanganan khusus dan tidak memerlukan antibiotik kecuali dalam kondisi tertentu.

Contoh infeksi disebabkan virus seperti batuk dan pilek atau common cold, flu singapura, cacar air, DBD, dll. Sedangkan infeksi bakteri biasanya terjadi pada anak yang mengalami ISK atau Infeksi Saluran Kemih, diare disertai darah, demam tifoid, dll.

2. Dehidrasi dan Lingkungan

Demam juga bisa terjadi karena mengalami dehidrasi atau kurang cairan. Bisa juga karena suhu dan lingkungan yang cukup panas.

Jadi, nggak setiap anak demam disebabkan penyakit berbahaya. Bahkan demam tinggi sekalipun tidak selalu disebabkan penyakit menakutkan. Kadang, sebabnya hanya common cold doang.

Saat anak demam, kita harus memerhatikan kondisinya dan suhu di sekitar kita. Jangan sampai dia kekurangan cairan ataupun kelamaan main di luar padahal cuaca lagi panas banget.

Gunakan Obat-obatan dengan Bijak

obat demam
Photo by Sharon McCutcheon on Unsplash

Kalau anak demam, apakah harus segera diberi obat? Ataukah langsung ke dokter saja? Meskipun anak saya ada riwayat kejang demam yang lumayan sering sejak usia dua tahun sampai enam tahun, tapi selama ini, saya nggak grasak grusuk ngasih obat. Sebab saya juga paham, obat demam nggak bisa mencegah kejang demam. Bahkan obat kejang demam pun nggak diberikan sebelum anak kejang, lho. So, kalau nggak ada gunanya, cuma buat nenangin kita yang super panik, buat apa?

Saat anak demam, saya observasi dulu kondisinya. Kalau memang sudah rewel dan dia nggak nyaman, saya berikan obat penurun panas seperti paracetamol. Tujuannya bukan untuk menghilangkan demam, melainkan sedikit menurunkan suhu panasnya sehingga anak lebih nyaman dan juga menghilangkan nyeri seperti sakit kepala.

Selama anak-anak menunjukkan kondisi baik, masih mau minum dan tidak menunjukkan tanda dehidrasi, masih mau makan walau sedikit, dan pastinya sambil observasi nggak ada tanda gawat darurat, saya akan tetap merawatnya di rumah. Nggak mau buru-buru ke dokter hanya demi menenangkan diri saya yang sedang panik dan nggak karuan.

Bukan saya anti obat, bahkan dokter anak saya pun memang nggak menyarankan sembarangan memberikan obat kalau memang nggak dibutuhkan. Emang dokter anaknya siapa, sih? Salah satunya dokter Apin atau dr. Arifianto Sp.A.

Pernah saya konsultasi ke dokter Apin setelah berkunjung ke beberapa dokter spesialis anak, bahkan sampai diambil darah beberapa kali waktu ke dokter lain, tapi saat saya berkunjung ke dokter Apin, apakah yang terjadi? Nggak diapa-apain. Cuma dipegang-pegang dan konsultasi. Pulang nggak dapat obat apalagi antibiotik.

Konsultasinya pun nyambung karena saya merupakan anggota milis sehat sejak hamil anak pertama hingga sekarang. Merasa terbantu sekali dengan edukasi yang diberikan oleh dokter-dokter di milis, salah satunya memang ada dokter Apin di sana.

Kalau kita nggak bisa menemukan dokter yang RUM (rational use of medicine), setidaknya kita bisa menjadi orang tua yang RUM dan bisa mengendalikan diri untuk tidak sembarangan ngasih obat ketika anak sakit. Sesederhana itu, tapi memang nggak mudah saat anak sudah sakit dan kitanya jadi panik.

Cara Meredakan Demam Tanpa Obat

menurunkan panas
photo on raisingchildren.net.au

Jadi, gimana cara mengatasi anak demam tanpa memberikan obat? Pastikan bahwa anak dalam kondisi baik alias nggak ada tanda-tanda gawat darurat seperti dehidrasi, kejang demam, hilang kesadaran, muntah terus menerus, dll.

Jika kita bisa memastikan kondisinya masih normal, coba lakukan beberapa treatment berikut untuk meredakan demam,

  • Banyak minum

Biasakan anak-anak banyak minum air putih terutama saat demam. Jadi, waktu mereka sakit, kita nggak perlu memaksa apalagi sampai ribut...kwkwk. Anak-anak saya misalnya, sudah dibiasakan banyak minum, terutama ketika mereka sedang sakit. Saya merasa terbantu sekali karena mereka sudah paham dengan apa yang harus dilakukan ketika sedang demam ataupun batuk.

Kalau bisa, berikan air hangat. Insya Allah suhunya akan turun, meskipun setelah itu naik lagi jika penyebabnya belum diatasi. Nggak usah panik, toh sakitnya juga bisa meningkatkan imunitas. Pastikan saja kebutuhan cairannya tercukupi.

  • Kompres air hangat

Jangan sekali-kali pakai kompres dingin apalagi air es ketika anak sedang demam. Karena tubuh akan salah merespon. Akhirnya suhu jadi dinaikkan lagi semakin tinggi. Paling benar, kompres demam harus dengan air hangat.

Kalau anak-anak risih dikompres gimana? Ya udah, nggak sudah dipaksa. Karena kita sedang ingin membuat mereka nyaman. Kalau merekanya nggak suka, masa kita paksa? Apalagi sampai ngasih bawang dan minyak atau apalah yang aromanya bikin mau muntah :(

Saya yang dewasa saja eneg, apalagi mereka yang sedang sakit. Kecuali kalau anak nyaman-nyaman saja, ya? Kalau nggak, cobalah mengerti kondisi mereka.

  • Mandi dan berendam air hangat

Waktu kecil, Ibu nggak akan memandikan anak yang sakit sampai sembuh. Jadi, kalau sakitnya seminggu, selama itu pula saya nggak mandi...kwkwk. Tapi, ternyata hal itu nggak dibenarkan. Anak sakit nggak boleh mandi itu salah. Kalau mandinya air dingin atau air es jelas nggak boleh dong. Tapi, kalau mandinya air hangat justru sangat disarankan, lho.

Anak saya, ketika demam nggak tanggung-tanggung panasnya. Bahkan meski telah diberikan obat penurun panas. Suhunya kadang tetap di atas 39. Kebayang dong dengan kondisi mereka ada riwayat kejang demam, tapi tiap sakit sering tinggi banget suhu tubuhnya? Auto panik!

Jadi, saya sering memandikan mereka ketika demam tinggi dengan air hangat, bahkan membiarkan mereka berendam sebentar supaya merasa nyaman. Karena dengan cara ini, suhu tubuhnya bakalan turun walaupun nanti akan naik lagi. Dokter pun menyarankan cara ini, kok. Asal jangan lama-lama, jangan sampai kedinginan juga, ya!

  • Gunakan pakaian tipis dan perhatikan suhu ruangan

Jangan pakai baju terlalu tebal saat anak demam. Perhatikan juga kondisi ruangannya jangan sampai pengap. Kalau anak menggigil sebaiknya tidak menyalakan AC atau kipas angin. Biasanya saya buka saja pintu atau jendela sehingga kondisi kamar tidak pengap.

Itulah beberapa cara yang saya lakukan untuk meredakan demam anak secara alami tanpa obat. Bukan berarti anti dokter dan anti obat. Jika kondisi tidak memungkinkan untuk tetap home treatment, segera pergi ke dokter dan jangan ragu dengan hal itu.

Salam hangat,


 

anak tantrum
Photo by Marcos Paulo Prado on Unsplash

Menurut Wikipedia, tantrum adalah ledakan emosi yang biasa terjadi pada anak-anak atau bahkan pada orang dewasa. Biasanya ditandai dengan menangis kencang, guling-guling, membangkang, hingga berteriak. Tantrum sebenarnya umum sekali terjadi pada anak-anak. Hampir semua anak mengalaminya. Tapi, cara kita menangani anak tantrum sangat berpengaruh pada kondisi emosinya nanti.

Biasanya, anak menjadi tantrum karena ingin mendapatkan perhatian dari kita sebagai orang tua. Misalnya, nih ada anak minta Kinder Joy yang diletakkan di depan meja kasir supermarket. Trik pemasarannya memang cerdas banget, ya...hehe. Akhirnya dia guling-guling memaksa orang tuanya menuruti. Orang tuanya panik. Mau marah, tapi malu di depan umum. Banyak yang melihat dan memerhatikan. Tapi, mau menuruti juga berat. Melihat anaknya sampai histeris, akhirnya dituruti juga daripada malu. Dan, drama pun dimulai.

Sejak kejadian itu, anak akan menghalalkan segala cara untuk mengancam kita supaya semua keinginannya dituruti. Mereka itu pintar. Mereka cerdas. Tahu kapan kita nggak bisa menolak. Tahu kapan kita akan menuruti permintaannya.

Keponakan saya misalnya, karena sekali dua kali permintaannya yang penuh drama dituruti, akhirnya dia menggunakan cara tersebut untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Kalau sedang ada tamu di rumah, dia guling-guling nangis minta ke toko dan membeli camilan.

Sudah menjadi rutinitas. Bahkan saat di jalan, saat naik motor, dia bisa berontak kalau permintaannya nggak dituruti. Ibu saya pun bilang, dia pernah menangis di sekolah dan meminta mainan, sampai jilbab Ibu digilas-gilas di tanah. Nyesek banget dengernya. Nggak seharusnya drama tantrum kayak gini berkepanjangan.

“Tapi, kalau nggak dituruti dia kayak gitu. Bikin bahaya apalagi pas naik motor.” Kata Ibu.

Justru karena selalu dituruti itulah dia jadi semakin heboh tiap minta apa-apa. Dia tahu, dengan cara seperti itu permintaannya nggak akan ditolak. Sebelum kita membahas cara mengatasi anak tantrum tanpa panik, ada baiknya kita mengetahui jenis tantrum yang terjadi pada anak-anak,

1. Tantrum Manipulatif

Tantrum manipulatif terjadi karena ada keinginan yang tidak dipenuhi. Seperti yang terjadi pada keponakan saya. Tantrum manipulatif sengaja dibuat oleh anak-anak karena keinginannya ditolak. Demi mendapatkan apa yang diinginkan, dia menangis, berontak, berteriak, sampai berbuat kasar.

2. Tantrum Frustasi

Tantrum frustasi biasa terjadi karena si anak nggak bisa menyampaikan keinginannya dengan baik. Misalnya saja tantrum yang terjadi pada anak usia 18 bulan yang belum bisa mengatakan keinginannya. Tantrum frustasi juga bisa terjadi karena kondisi terlalu lapar, lelah, hingga gagal melakukan sesuatu.

Pasti pernah mengalami dong ketika ada anak usia di bawah 2 tahun yang menangis karena gagal memasang lego? Dia pengen ngusun lego dengan rapi, tapi malah jatuh dan jatuh. Atau ada anak yang terlalu ngantuk serta lelah, jadinya rewel dan menangis terus menerus. Kondisi kayak gini bisa disebut tantrum frustasi.

Penyebab Anak Tantrum

Tantrum
Photo by Tanaphong Toochinda on Unsplash

Setelah tahu jenis-jenis tantrum, kita bisa menyimpulkan penyebab tantrum itu apa saja. Kita bisa memperkirakan sebab apa yang membuat anak begitu rewel dan menangis terus menerus. Bisa jadi karena dia menginginkan sesuatu, tapi nggak bisa menyampaikan dengan baik karena usianya yang masih terlalu kecil atau bisa jadi karena dia sedang mengancam orang tua supaya permintaannya dituruti.

Beberapa sebab di atas bisa terjadi pada anak-anak kita. Pernah juga terjadi pada anak-anak saya, kok. Meskipun hampir semua orang bilang si sulung sama si bungsu termasuk yang adem ayem dan jarang drama kalau pengen sesuatu, tapi, tetap saja ada kejadian yang pernah kami alami bareng dan kita belajar banyak setelahnya.

Cara Mengatasi Tantrum

tantrum
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Dulu, baik si kakak ataupun si adek pernah ada masanya minta sesuatu sambil nangis-nangis. Si kakak misalnya, pernah menabung untuk membeli mobil remot. Tapi, waktu kami ke pasar, tanpa sengaja dia melihat toko penjual mainan, salah satunya ada mobil remot! Dia macet di tengah jalan dan nggak mau bergerak. Saya sudah membaca bahasa tubuhnya. Dia mulai menangis, tapi saya ingatkan lagi bahwa uang tabungannya belum cukup untuk membeli mainan. Dia hampir mau guling-guling di lantai. Tapi, saya kuatkan hati dan tidak serta merta menuruti keinginannya. Nggak boleh malu walaupun dilihat banyak orang selama kita nggak berbuat aneh-aneh, nggak kasar sama anak atau membentak. Kalem, slow, jangan panik.

Akhirnya saya minta kakak pulang dulu untuk menghitung uangnya. Jika uangnya cukup, kita kembali untuk membeli mobilnya. Tapi, kalau nggak cukup, harus sabar dong dan menabung lagi.

Akhirnya dia mau pulang dan membuka celengannya. Seperti yang saya perkirakan, uangnya memang belum cukup. Kita nggak kembali ke pasar dan dia menabung lagi dengan sabar.

“Ya ampun, kenapa sih nggak dituruti aja? Cuma mobil remot aja kenapa nggak dibeliin? Kasihan kan anak udah pengen?”

Sekali kita turuti, kedua hingga seterusnya bisa saja dia melakukan hal yang sama demi mendapatkan apa yang diinginkan. Jangan sampai kita jadi susah sendiri karena salah bereaksi ketika anak tantrum. Jangan sampai kita rempong gara-gara nggak sabar menenangkan si anak. Itulah kenapa konsistensi kita sebagai orang tua itu penting banget.

Saat ke supermarket misalnya, sebelum berangkat anak-anak sudah berjanji hanya membeli permen. Tapi, sampai di supermarket, mereka bukan hanya melihat permen, tapi ada es krim, ada mainan banyak banget di pajang di dekat meja kasir. Di sini ketenangan kita diuji.

Saat anak mulai pegang-pegang mainan, saya nggak nuduh mereka minta mainan itu. Karena biasanya kalau si kakak cuma melihat saja, katanya nggak beli, kok. Kan, sejak awal sudah janji hanya beli permen, jadi kita harus percaya bahwa mereka punya komitmen dengan janji itu. Jangan bilang, “Eh, tadi janjinya beli apa malah lihat apa.” Nggak begitu menurut saya.

“Wah, bagus ya mainannya. Kakak boleh lihat, ya.”

Ternyata, karena saya sering banget bilang begitu, dia jadi pinter ngajarin adeknya sendiri...hehe. Pas si bungsu lihat kakaknya pegang mainan dan bilang aku beli yang mana, ya? Si kakak langsung nyeletuk, “Kakak cuma lihat, kok. Kan kita ke sini bukan buat beli mainan.” Adeknya nurut dong sama si kakak :D

Masya Allah tabarakallah, meski kadang tetap ada ngambeknya kalau ada keinginan nggak dituruti, tapi mereka nggak sampai tantrum. Apalagi sampai melakukan hal-hal di luar pikiran kita. Misalnya ada anak pengen sandal baru, tapi sandalnya masih bagus, dia rela menggunting sandalnya supaya dapat yang baru. Idenya agak gimana ya buat anak usia SD. Dan ini real memang terjadi.

So, apa yang mesti kita lakukan supaya nggak panik saat menangani anak tantrum?

  • Tetap Tenang dan Jangan Panik

Biasanya, kita cenderung panik saat menangani anak tantrum manipulatif. Tenang, kita mesti bisa mengendalikan keadaan. Bukan anak yang mengendalikan kita. Saat anak mulai menangis dan berteriak, jangan balas berteriak apalagi membentak. Karena kondisi kayak gini bisa memperburuk keadaan. Nggak lucu juga dilihatin banyak orang dan tentu saja nggak bagus buat kondisi anak-anak.

Coba tarik napas dan tetap bicara pelan-pelan aja. Kita juga nggak perlu berbohong demi menenangkan mereka. Berbohong hanya membuat masalah reda sesaat saja, nanti dia menagih dan mengulang hal yang sama. Bahkan bisa jadi lebih parah.

  • Tenangkan Anak dan Berilah Dia Pelukan

Kita bisa memeluknya. Jangan burur-buru menasihati. Jangan buru-buru berkata bijak apalagi sambil ceramah. Kadang, mereka butuh menenangkan diri. Kita cukup memeluknya dan membiarkan dia tenang sesaat.

Setelah kondisinya bisa dikendalikan, kita bisa mengajaknya bicara baik-baik, kenapa kita belum mau menuruti keinginannya.

  • Konsisten

Kalau sekarang bilang nggak, besok pun harus tetap nggak boleh. Jangan plin plan jadi orang tua, karena itu bisa membuat si kecil jadi bingung. Hari ini boleh makan es krim, eh besok nggak boleh. Kalau kita bilang dia boleh beli mainan dengan uang tabungannya, jangan sampai besok kita mengeluarkan uang untuk membelikannya mainan. Akhirnya anak jadi bingung sendiri dan nggak bisa konsisten dengan janjinya.

  • Membeli Ketika Butuh

“Kak, kamu masih punya mainan kayak gini di rumah, lho. Masa mau beli lagi?”

Kalau nggak butuh, jangan dibiasakan membeli barang. Buat saya juga penting. Apa yang kamu butuhkan, ya udah itu yang bisa kamu beli. Kalau di rumah udah ada mobil-mobilan, nggak perlu membeli lagi. Kecuali mobilnya udah rusak. Dengan cara seperti ini, anak juga belajar nggak terlalu konsumtif. Nggak seenaknya membeli barang dan minta pada orang tua.

Begitu juga dengan kita sebagai contoh bagi mereka. Anak-anak melihat bagaimana kita menghabiskan uang. Buat apa dan demi apa? Jangan sampai kita begitu boros membeli ini dan itu, bahkan barang yang tidak perlu, sedangkan anak-anak diminta berhemat. Rasanya sangat tidak adil.

Saat ingin membeli buku misalnya, anak-anak terbiasa menabung dulu. Nggak seenaknya minta dibelikan. Sedangkan saya? Harus menabung juga dan mencari harga terbaik alias nyari harga diskon dan termurah :D

Salah seorang teman saya berbagi tips mendapatkan buku anak murah. Sangat bermanfaat buat kita yang ingin berhemat, tapi tetap dapat buku berkualitas :)

Itulah beberapa cara yang saya terapkan kepada anak-anak. Bahkan ketika anak-anak diajak jajan sama kakeknya, mereka membeli secukupnya atau malah ditawarin ini itu nggak mau beli. Sempat kejadian waktu kami pulang kampung dan kakeknya heran kok bisa ada anak nggak mau jajan padahal udah ditawarin ini itu :D

Jadi orang tua memang butuh belajar. Terutama saat punya anak pertama. Kayaknya masih banyak trial dan error-nya. Tapi, jangan takut, tetap lakukan yang terbaik versi kita dengan tetap update ilmu, ya.

Salam hangat,


Search This Blog

ABOUT ME

Hello! Saya Muyassaroh (Muyass). Penulis 50+ buku solo, duet, dan antologi. Hobi ngeblog, baking, dan menggambar. Blog ini berisi artikel seputar parenting dan kesehatan. Semoga kamu menikmati cerita-cerita di dalamnya. Enjoy my blog! Email: muyass04@gmail.com.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Pengalaman Mengatasi Anak Tantrum Tanpa Panik
  • Cara Meredakan Demam Secara Alami Tanpa Obat

Subscribe to my Newsletter

Categories

  • Health 1
  • Parenting 1

Contact Form

Name

Email *

Message *

Powered by Blogger.

Blog Archive

  • August 2020 (2)

Designed by OddThemes | Distributed by Gooyaabi Templates